Jernikan Pikiran, Wisata Hutan Mangrove

Mangrove tidak hanya penting untuk menjaga eksistensi pesisir pantai. Bahkan mangrove sangat penting menjaga ekosistim biota laut.

Memancing Hobi yang Membutuhkan Kesabaran

Saat pertama mencoba, saya tidak mendapat hasil apa-apa. Mancing itu butuh kesabaran dan ketekunan.

Sunset Selalu Bisa Membuat Kita Larut

Sebuah Sunset yang mempesona, saya bahkan seolah ikut tenggelam di dalamnya, sampai haru saya hampir menitihkan air mata.

Belajar Sejarah di Kota Tua

Kalau mau wisata sambil belajar sejarah, tempat ini salah satu rekomendasi buat kalian. Museum Fatahillah (Museum Sejarah Jakarta).

Sindang Reret,

Resto ini menyajikan makanan sunda yang di jamin makanannya lezat. Tapi yang paling menarik adalah suguhan tarian tradisional menemani kita saat makan.

Rabu, 22 Maret 2017

Masih Ingat Waktu Mahasiswa Kerjanya Demo

Demo Kebijakan Pemangkasan Anggaran Pendidikan
Saya masih ingat kalimat ini "Kalian adalah Agen of Change" itulah kata yang sering digaungkan oleh senior waktu masih kuliah dulu. Semangat menggebu-gebu ,turun ke jalan, menyandang toa berteriak menyuarakan keadilan. Sasarannya adalah Instansi-instansi Pemerintah. Menyoroti segala kebijakan yang dianggap tidak adil bagi masyarakat dari kacamata seorang mahasiswa. 
Saat saya masih kuliah, demo adalah panggilan pengabdian kepada masyarakat. Sering kali saya bolos kuliah ketika ada agenda demo dan pertemuan diskusi organisasi. Dampaknya nilai saya hampir tidak ada yang mencapai C jangan harap nilai B mimpi dapat nilai A, rata-rata nilai T atau sekalian nilai E selama beberapa semester.
Organisasi membawa saya berkontribusi dalam kegiatan sosial
Selama menjadi mahasiswa saya lebih aktif pada berbagai organisasi external kampus. Saya menjadi kader di PEMBEBASAN, FORMASOS, GMKI bahkan HMI meskipun saya Nasrani. Saya Juga terlibat pada beberapa Organda. Bagi saya Organisasi adalah tempat belajar yang ideal. kita bisa bebas belajar tanpa ada beban takut salah,organisasi menempa saya menjadi peduli, melati saya berbicara di depan umum.

Ada beberapa tipe mahasiswa yang saya pahami di Kampus;
  1. Mahasiswa Apatis (Mahasiswa yang seenaknya, kulia malas apalagi ikut organisasi, pokoknya cuek dengan keadaan)
  2. Mahasiswa Akademis (Mahasiswa yang hanya fokus dengan proses belajar mengajar di kampus)
  3. Mahasiswa Organisatoris (Mahasiswa yang aktif ikut organisasi dan demo-demo, persoalan kuliah belakangan)
  4. Mahasiswa Organisatoris Akedemis (Kalau yang satu ini sudah pasti paham karna gabungan dari tipe mahaswa yang ke 2 dan 3 diatas)
Dari ke empat tipe mahasiswa di atas tentu yang paling ideal adalah mahasiswa Organisatoris Akademis. Karena mahasiswa seperti ini mampu mengontrol dirinya menyeimbangkan semua kegiatannya.
Jadi dulu saya mahasiswa jenis apa?
Kalau merujuk dari cerita nilai-nilai mata kuliah yang saya jelaskan di atas pasti saya masuk ke tipe no.3. Tapi saya juga bisa mengklaim diri berada di tipe no. 2.
Kulia Kerja Nyata di Sesa Kuo, Kec. Pangngale, Kab. Mamuju







Melihat kebobrokan nilai saya beberapa semester, saya mulaih mengurangi beberapa kegiatan organisasi dan mengejar ketertinggalan di kampus. Hasilnya saya mendapat IP yang lumayan 3,40 saat yudisium, meski pun harus menempuh 5 tahun baru selesai.
Dari situ saya bisa mendapat pendidikan dari Organisasi dan Kampus secara seimbang. Jadi saya memenuhi tipe mahasiswa no.2 dan no.3 untuk menjadi tipe mahasiswa no. 4.
Bagi seorang mahasiswa, kampus adalah tempat menimbah pengetahuan, sedangkan organisasi sebagai wadah membentuk dan menempa karakter. Sehingga kelak dapat mengaktualkan segala ilmu dan membaktikan diri kepada masyarakat nantinya.



Penelitian Pengaruh Pupuk Terhadap Produksi Tanaman Tomat

Senin, 20 Maret 2017

Hanya Mampir Sebentar Ke Tangkuban Perahu

Tujuan ke Bandung hanya studi banding ke beberapa wilayah. Tapi sebuah keberuntungan dalam jadwal studi banding ada agenda ke tempat wisata Tangkuban Perahu. Karena rasa penasaran dan jiwa berpetualang yang tidak tersalur selama ini, membuat semangat membuncah.
Udara yang sejuk serta jajaran pohon pinus sepanjang jalan memanjakan mata. Memasuki area Gunung Tangkuban Perahu mulai tercium abu vulkanik. Sampai diatas saya langsung mengabadikan momen untuk berfoto.
Sementara asyik berfoto dan belum puas berada di atas sana, sebua perintah dari tour guide untuk berkumpul dan kembali, karena masih ada jadwal materi yang harus diisi. uhhh...... rasanya agak kecewa. Tapi tak apalah, yang penting sudah bisa datang ke sini.
Dalam perjalanan pulang, panitia menjadwalkan makan siang di Resto Sindang Reret II.
Resto ini menyajikan makanan sunda yang di jamin makanannya lezat. Tapi yang paling menarik adalah suguhan tarian tradisional menemani kita saat makan (kalau tidak salah namanya tarian"ronggeng")
Setelah selesai makan siang, rombongan langsung di boyong kembali melanjutkan kegiatan. meski jalan-jalannya hanya sebentar tapi menyenangkan dibanding duduk dalam ruangan mendengrkan materi.

Jumat, 17 Maret 2017

Penuh Sejarah, Kota Tua Menjadi Tempat Jalan-Jalan yang Bersejarah



Beginilah suasana yang ramai di taman Fatahillah, Kota Tua-Jakarta. Tempat ini memiliki sajarah yang panjang. Kalau mau wisata sambil belajar sejarah, tempat ini salah satu rekomendasi buat kalian .Museum Fatahillah (Museum Sejarah Jakarta) yang terletak di Jalan Taman Fatahilliah, No. 1 Jakarta Barat.
Objek-objek yang dapat ditemui di museum ini antara lain perjalanan sejarah Jakarta, replika peninggalan masa Tarumanegara dan Pajajaran, hasil penggalian arkeologi di Jakarta, mebel antik mulai dari abad ke-17 sampai 19, yang merupakan perpaduan dari gaya Eropa, Republik Rakyat Tiongkok, dan Indonesia. Juga ada keramik, gerabah, dan batu prasasti. Koleksi-koleksi ini terdapat di berbagai ruang, seperti Ruang Prasejarah Jakarta, Ruang Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang Fatahillah, Ruang Sultan Agung, dan Ruang Batavia.
Terdapat juga berbagai koleksi tentang kebudayaan Betawi, numismatik, dan becak. Bahkan kini juga diletakkan patung Dewa Hermes (menurut mitologi Yunani, merupakan dewa keberuntungan dan perlindungan bagi kaum pedagang) yang tadinya terletak di perempatan Harmoni dan meriam Si Jagur yang dianggap mempunyai kekuatan magis. Selain itu, di Museum Fatahillah juga terdapat bekas penjara bawah tanah yang dulu sempat digunakan pada zaman penjajahan Belanda.
Diluar Museum ramai pedagang kaki lima. Anda juga bisa berfoto dengan replika para Pejuang bangsa.

Senin, 06 Maret 2017

Cerita Cinta Dalam Keluargaku

Cerita Cinta Dalam Keluargaku - Ketika anda membaca tulisan saya tentang hubungan, anda akan berpikir bahwa saya punya pengalaman yang khas maupun saraf dengan kehidupan indah, atau bahkan anda berpikir bahwa saya telah lama menikah dan memiliki keluarga yang bahagia. Bisa jadi anda berharap umur saya diatas dari 40 tahun sehingga layak untuk membahas hubungan yang romantis.
Tapi tidak karena saya belum menikah, dan umur sy masih 20-an. Sampai saat ini baru beberapa kali dekat dengan wanita (sebatas dekat), sekali berhasil menjalin hubungan, namun sampai pada tahap pernah jatuh cinta (tapi sudah putus), dan itu indah untuk sementara dan pada akhirnya dia mengucapkan selamat tinggal padaku ( Hehehe.. pengalaman Cinta pertama).
Hubungan yang saya tulis ini berada dalam lingkungan keluargaku (orang tuaku). Jadi anda bisa mengatakan bahwa hubungan yang paling signifikan dalam hidup saya berasal dari pengamatan melihat orang tua saya. Meskipun saya tidak mengetahui rahasia pasang surut yang menandai kehidupan batin pernikahan mereka, saya pikir saya bisa mengatakan bahwa mereka terikat oleh kebenaran dasar cinta mereka satu sama lain.
Ayahku, seorang laki-laki yang tabah, dia merawat ibuku dengan baik dan menghadirkan hal-hal yang romantic bagi ibuku, yang menurut orang lain cukup aneh buat pasangan yang sudah lama menikah. Seperti ketika ayahku menyuap ibuku untuk makan, mengangkat ibuku kekamar mandi untuk sekedar mandi, ayahku juga menulis puisi yang romantic dan membacakannya didapan ibuku. Semua hal ini telah berlalu menjadi legenda dalam keluarga kami - dan hanya menjadi bukti bahwa cinta benar-benar ada seperti yang kita pikir itu. 
Karena ini telah menjadi hubungan paling signifikan bagi saya sejauh ini, itu juga salah satu yang paling sulit untuk saya lepaskan. Saya selalu percaya bahwa orang tua saya akan melewati hubungan ini bersama sampai akhir. Bahwa mereka akan, seperti yang mereka janjikan untuk selalu riang, menghabiskan hidup mereka bersama-sama, sampai perpisahan yang tak terelakkan pun terjadi. 
Seperti semua mitologi di meja makan kami (bersama Kakaku), kami tahu yang satu ini dan selalu mengamatinya : mereka akan duduk bergandengan tangan saling merayu bercanda sampai selesai makan. Tentu saja, itu tidak berlanjut sampai sekarang. Ketika tiba saatnya untuk ibu saya untuk pergi, tidak ada canda tawa di meja makan. Hanya sebuah jamuan sepi dengan berat hati, ruang wangi dengan bau basi kematian dan tubuh disiksa seorang pria menangis yang telah berjanji untuk mencintai istrinya sampai akhir. 
Meskipun saya meratapi ibuku untuk diriku sendiri, saya juga meratapi dia sebagian besar untuk ayah saya. Sulit bagi saya untuk melihat dia kesakitan seperti itu. ketika ibuku meninggal karena kanker dan saya tahu mungkin ada 30 atau lebih tahun produktif yang masih tersisa dalam hidupnya.
Bagaimana saya bisa melihat dia menghabiskan hidupnya sendiri seperti itu? hidup hanya dengan kenangan? saya ingin dia bahagia, dia layak mendapatkan kebahagian itu, setidaknya. Namun, saya tidak bisa membantu tetapi merasa sedikit dikhianati ketika ia menikah lagi beberapa tahun kemudian. Saya sudah kehilangan ibuku, dan bagian yang paling egois dari diri saya, merasa kehilangan hubungan mendasar yang masih saya pegang untuk ayah saya. Sulit untuk melihat dia mencintai wanita lain, dan mendengar dia berbicara tentang betapa itu membuatnya senang, tapi ia tampaknya memiliki kesempatan untuk hidup. Ketika ibu masih hidup, ia telah berkomitmen untuk bekerja lebih keras. 
Kematian mungkin memaksa Anda untuk menilai kembali apa yang penting dalam hidup Anda, tapi saya tidak bisa membantu ayah saya. Merasakan ironi pahit bahwa wanita yang sekarang mendapatkan kebahagian dari versi lebih santai ayah saya bukan orang yang telah mengalami cerita panjang dan penuh kenangan indah bersama ibuku, sungguh sangat sulit menerimanya.
Dinamis… Keluarga kami berubah dengan cepat. Kami semua menjadi sangat dekat setelah ibuku meninggal, dan mulai mengembangkan persahabatan. Namun hubungan barunya tampaknya mengubah itu. Rasanya jelas bagi kakakku dan saya bahwa kami tidak lagi diperlukan dalam membangun kebahagiannya, dan pada kali kami melihat dia, dia akan datang sebagai bagian keluarga yang lain. Aneh rasanya.
Ada begitu banyak konflik emosi ketika orang menikah setelah kematian pasangan. Ayah saya mengalami ini. Dia ingin memastikan pasangan barunya merasa diterima - tapi ada saat-saat usahanya untuk melakukan itu, malah membuat anak-anaknya merasa kurang seperti keluarga, dan lebih seperti bagian dari rekan yang tidak mendukung apupun yang dia rencanakan. Itu bahkan tidak tampak seolah-olah kami bisa membicarakannya, dalam perhatian kepada ibu saya telah lama hilang, seolah kami juga hilang. Kami terpisah cukup lama, dia hanya menceritakan bagaimana keluarga barunya tanpa meminta pendapat kami.
Ayahku telah pindah mengikuti istrinya. Perhatian kepada kami juga berkurang seolah kami memiliki jarak. sulit menyesuaikan diri dengan situasi ini, yang kehilangan perhatian. Dalam diriku pusaran emosi - kepahitan, kemarahan, kesedihan, menjadi besar. 
Pada saat-saat merenung, saya malah merasa seolah bersalah seolah saya tak kenal belas kasihan. Saya malah merasah bahwa saya telah kehilangan bagian dari dirinya selamanya. saya lupa, sebagai anak, bahwa orang tua saya adalah manusia juga. saya tidak bisa mengharapkan cinta dengan membiarkannya melalui hari-hari panjang dan malam sepi.
Kini saya merelakannya, saya mulai belajar bahagia dengan kebahagiaannya. Dan mungkin itulah yang terpenting.
Untuk ayah yang tercinta, semoga kebahagiaan selalu meliputimu..